https://warta.iopri.org/index.php/Warta/issue/feedWARTA Pusat Penelitian Kelapa Sawit2024-10-31T08:35:36+00:00Admin Warta PPKSwarta@iopri.orgOpen Journal Systems<p><strong>WARTA Pusat Penelitian Kelapa Sawit</strong></p> <p>Merupakan media publikasi ilmiah bagi para pakar, peneliti, praktisi, dan seluruh elemen yang terlibat dalam industri kelapa sawit Indonesia. WARTA Pusat Penelitian Kelapa Sawit ini berisi informasi hasil penelitian, kajian, maupun pengalaman di lapangan mengenai industri kelapa sawit. Berbagi informasi untuk pengembangan industri kelapa sawit di Indonesia akan mempercepat peningkatkan daya saing kelapa sawit Indonesia di dunia Internasional. Saran perbaikan ide-ide pembaruan untuk perbaikan WARTA ini sangat kami harapkan. Partisipasi aktif dari para pakar, peneliti, dan praktisi industri kelapa sawit di Indonesia sangat kami harapkan untuk lebih menghidupkan media publikasi ilmiah ini.</p> <p><strong>Warta Pusat Penelitian Kelapa Sawit Terindeks Pada :</strong></p> <p><a href="https://scholar.google.co.id/citations?user=wSUTmiUAAAAJ&hl=id&authuser=5" target="_blank" rel="noopener"><img src="/public/site/images/admin/01-googlescholar11.png"></a></p>https://warta.iopri.org/index.php/Warta/article/view/159PUPUK KIMIA, PUPUK ORGANIK, ATAU PUPUK HAYATI ? MEMAHAMI FILOSOFI PEMUPUKAN UNTUK PERKEBUNAN KELAPA SAWIT YANG BERKELANJUTAN2024-10-31T08:35:34+00:00Eko Noviandi Gintingeko.novandy@gmail.com<p>Pencapaian produksi yang tinggi di perkebunan kelapa sawit selalu diidentikkan dengan pemupukan. Paradigma semakin banyak pupuk yang diberikan akan semakin tinggi produksi yang dihasilkan tampaknya masih melekat pada pemikiran banyak praktisi kelapa sawit. Penurunan efektivitas dan efisiensi pemupukan dari pupuk kimia yang diaplikasikan telah menginisiasi praktik pengelolaan perkebunan yang lebih fokus terhadap kesehatan tanah beberapa tahun belakangan ini. Penggunaan pupuk organik dan pupuk hayati menjadi suatu solusi yang diyakini mampu memperbaiki kualitas dan kesehatan tanah sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanah yang pada akhirnya dapat menghasilkan pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit yang optimal. Seyogjanya pemupukan seharusnya tidak hanya dipandang sebagai upaya untuk “memberi makan tanaman” namun juga harus bisa sekaligus sebagai upaya untuk “memberi makan tanah”. Dengan menyeimbangkan keduanya, maka pemupukan yang dilakukan dapat menghasilkan efektivitas dan efisiensi yang tinggi serta yang tidak kalah penting, berkesinambungan. Oleh karenanya butuh pemahaman tentang fungsi dan peran dari pupuk kimia, pupuk organik, dan pupuk hayati terhadap pemenuhan nutrisi kelapa sawit. Artikel ini menjelaskan secara sederhana dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh praktisi perkebunan tentang manfaat dan fungsi dari masing-masing jenis pupuk.</p>2024-10-30T10:08:41+00:00Copyright (c) 2024 WARTA Pusat Penelitian Kelapa Sawithttps://warta.iopri.org/index.php/Warta/article/view/144PENDEKATAN HISTOLOGI DALAM STUDI MORFOGENESIS EMBRIO SOMATIK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DALAM KULTUR JARINGAN2024-10-31T08:35:36+00:00Muhammad Ilhamilhambawazier04@gmail.comErnayunita Ernayunitaohoneyerna@gmail.comHernawan Yuli Rahmadihernawanrahmadi@gmail.com<p>Kelapa sawit (<em>Elaeis guineensis</em> Jacq.) adalah tanaman yang terkenal sebagai sumber penghasil minyak kelapa sawit yang berasal dari Afrika dan termasuk dalam kelompok tanaman monokotil. Metode mikropropagasi melalui embriogenesis somatik (ES) dapat digunakan sebagai alternatif untuk multiplikasi dalam kultur jaringan. Kultur jaringan tanaman adalah suatu teknologi yang memerlukan analisis morfologi dan anatomi tanaman secara mendalam melalui pendekatan studi histologi. Pendekatan histologi adalah studi yang membahas struktur sel dan jaringan melalui sediaan preparat yang diamati dengan mikroskop. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fase awal tahapan morfogenesis embrio somatik kelapa sawit menggunakan pendekatan histologi. Proses pembuatan preparat dilakukan dengan metode embedding meliputi tahapan fiksasi, dehidrasi, dealkoholisasi, infiltrasi, <em>embedding, staining, mounting</em>, dan<em> labeling</em>. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa embrio somatik kelapa sawit tenera yang berumur 33 bulan berbentuk bulat (globular), sedikit memanjang, warna keputihan, dan konsistensi berair. Hasil identifikasi histologi selama morfogenesis embrio somatik menunjukkan adanya protoderm, untai prokambial (<em>procambial strands</em>), suspensor, korteks, zona meristematik, embrio bentuk globular, embrio bentuk hati, jaringan parenkim, koleoptil, serta nukleus yang berlokasi di tengah.</p>2024-10-30T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 WARTA Pusat Penelitian Kelapa Sawithttps://warta.iopri.org/index.php/Warta/article/view/146KEPUTUSAN KONSUMEN MEMBELI KECAMBAH KELAPA SAWIT PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT2024-10-31T08:35:32+00:00Burju Silabanburjusilaban02@gmail.comRizki Amaliar.amalia@iopri.orgRatnawati Nurkhoiryrn.nurkhoiry@gmail.comZulfi Prima Sani Nasutionzulfi_primasani@yahoo.com<p>Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) merupakan produsen penghasil kecambah kelapa sawit varietas unggul. Beberapa varietas unggul PPKS yang telah dihasilkan menyebabkan perbedaan perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pengambilan keputusan petani dalam membeli kecambah kelapa sawit PPKS. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif, dengan jumlah sampel sebanyak 44 sampel. Hasil analisis menunjukkan bahwa motivasi petani menanam kelapa sawit yaitu untuk memperoleh keuntungan (66%), dan petani menyatakan sangat penting menggunakan kecambah berkualitas. Petani mengetahui kecambah kelapa sawit PPKS dari media sosial PPKS (39%) dan keluarga (23%), serta informasi yang paling penting diketahui adalah kualitas kecambah (66%). Atribut yang paling dipertimbangkan petani dalam membeli kecambah kelapa sawit PPKS adalah potensi TBS, harga, kemudahan akses dan pelayanan (45%). Pada tahap keputusan membeli, petani terlebih dahulu merencanakan pembelian kecambah, dan keputusan membeli yang disengaja dari diri sendiri (84%). Pembelian dilakukan dengan cara datang langsung ke kantor PPKS (51%), dan varietas yang paling banyak dibeli adalah varietas turunan Yangambi (48%) dan varietas Dumpy (27%). Petani yang melakukan pembelian kecambah PPKS (98%) puas, dan akan melakukan pembelian ulang (100%). Selanjutnya apabila harga naik, petani akan tetap membeli (91%), dan jika kecambah yang diinginkan tidak tersedia, petani akan menunggu ketersedian varietas tersebut (48%). Petani juga menyatakan akan merekomendasikan kecambah PPKS kekonsumen lainnya.</p>2024-10-30T10:10:45+00:00Copyright (c) 2024 WARTA Pusat Penelitian Kelapa Sawithttps://warta.iopri.org/index.php/Warta/article/view/148PENGEMBANGAN METODE ANALISA KADAR KLORIN PADA CRUDE PALM OIL MENGGUNAKAN ARGENTOMETRI2024-10-31T08:35:30+00:00Hasrul Abdi Hasibuanhasibuan_abdi@yahoo.comIntan Harly Perdanahasibuan_abdi@yahoo.comMuhammad Erlangga Habibi Nasutionhasibuan_abdi@yahoo.com<p><em>Crude Palm Oil</em> (CPO) memiliki peran penting sebagai bahan baku dalam industri pangan dan non-pangan. Produk turunan CPO sebagai produk pangan dihadapkan pada isu kandungan senyawa 3- monokloropropanadiol ester (3-MCPDE) sebagai kontaminan yang berpotensi merugikan kesehatan manusia. Senyawa 3-MCPDE terbentuk karena adanya prekursor berupa senyawa klorin dan asilgliserol parsial yang dipicu oleh pemanasan CPO pada suhu tinggi yaitu selama proses rafinasi. Senyawa klorin yang terkandung pada CPO dapat berasal dari tandan buah segar (TBS), air yang digunakan pada pengolahan TBS di pabrik kelapa sawit (PKS) dan <em>bleaching earth</em> untuk proses pemucatan pada rafinasi CPO. Dalam pemenuhan standar keamanan pangan untuk mengatasi potensi resiko kesehatan, diharapkan PKS menghasilkan CPO dengan senyawa klorin yang rendah. Untuk itu, penentuan klorin pada CPO perlu dikembangkan dan saat ini telah banyak alat-alat modern yang digunakan untuk menganalisis klorin dengan hasil yang optimal. Namun demikian, metode penentuan kadar klorin secara sederhana yang akurat juga perlu dikembangkan untuk memudahkan praktisi laboratorium di PKS dalam menganalisis kadar klorin pada CPO. Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan metode analisa dalam penentuan kadar klorin pada CPO menggunakan metode argentometri dan dibandingkan dengan alat <em>chloridometer</em>. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode argentometri memberikan kadar klorin yang lebih mendekati kadar klorin yang sebenarnya yang ditambahkan pada CPO (0 – 25 ppm) dengan koefisien korelasi (R2) sebesar 0,9985. Uji perolehan kembali (% <em>recovery</em>) klorin pada konsentrasi 0,5 – 100 ppm diperoleh nilai sebesar 81,5 – 116,8%.</p>2024-10-30T10:12:01+00:00Copyright (c) 2024 WARTA Pusat Penelitian Kelapa Sawithttps://warta.iopri.org/index.php/Warta/article/view/145ASAM LEMAK BERBASIS MINYAK SAWIT DAN MINYAK INTI SAWIT: PROSES PRODUKSI DAN STABILITAS WARNA2024-10-31T08:35:28+00:00Hasrul Abdi Hasibuanhasibuan_abdi@yahoo.comMuhammad Ansharihasibuan_abdi@yahoo.comM. Erlangga Habibi Nasutionhasibuan_abdi@yahoo.com<p>Asam lemak merupakan salah satu produk oleokimia yang dapat dihasilkan melalui proses hidrolisis minyak atau lemak. Di industri oleokimia di Indonesia, proses produksi asam lemak umumnya dilakukan dalam kolom <em>splitting</em> menggunakan air berlebih pada suhu dan tekanan tinggi. Minyak sawit, minyak inti sawit dan fraksi-fraksinya baik dalam bentuk <em>crude</em> maupun <em>refined bleached deodorized</em> (RBD) dapat digunakan sebagai bahan baku untuk produksi asam lemak. Karakteristik produk asam lemak dari proses <em>splitting</em> (<em>split fatty acid</em>) dari <em>crude</em> dan RBD oil meliputi komposisi asam lemak, bilangan asam, bilangan penyabunan, bilangan iod dan bentuk fisik adalah relatif sama. Pada perdagangannya, <em>split fatty acid</em> dari CPO dan CPKO dikenakan pungutan ekspor dengan pos tarif ex 3823.19.90, dimana kategori produk <em>split fatty acid</em> dari CPO atau CPKO adalah <em>color Lovibon 5 ¼ “cell</em> dengan nilai red (R) ≥ 3. Kategori warna tersebut akan sulit digunakan untuk membedakan bahan baku produk <em>split fatty acid</em> dari RBD oil yang memiliki warna R ≥ 3, karena banyak faktor yang memengaruhi warna dari <em>split fatty acid</em>. Produksi asam lemak melalui proses <em>splitting</em> diharapkan menghasilkan produk dengan nilai derajat <em>splitting</em> > 98%. Warna asam lemak sangat dipengaruhi oleh suhu pemanasan, adanya senyawa minor yang terdegradasi, asam lemak jenuh, asam lemak tak jenuh dan asam lemak rantai pendek, serta kontaminasi dari material tangka dan pipa.</p>2024-10-30T10:13:01+00:00Copyright (c) 2024 WARTA Pusat Penelitian Kelapa Sawithttps://warta.iopri.org/index.php/Warta/article/view/131PEMANFAATAN BERBAGAI JENIS BAHAN PEMBENAH TANAH PADA PEMBIBITAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) 2024-10-31T08:35:26+00:00Amelya Yunianti Silalahi Amelyaamelyasilalahi424@gmail.comMuhdan Syarovymuhdansyarovy@iopri.co.id<p>Kelapa sawit (<em>Elaeis guineensis</em> Jacq.) merupakan tanaman perkebunan penting penghasil minyak makanan, minyak industri, maupun bahan bakar nabati (Biodiesel). Perluasan areal tanam dalam upaya peningkatan produksi dihadapkan pada terbatasnya lahan subur dengan berbagai permasalahan, lahan yang tersedia hanya didominasi lahan marginal. Salah satu upaya untuk menghadapi permasalahan ini yaitu dengan memperbaiki bahan pembenah tanah disaat pembibitan. Bahan pembenah tanah penting karena dapat memperbaiki sifat fisik,kimia,dan biologi tanah sehingga mendukung produktivitas kelapa sawit. Manfaat dari bahan pembenah tanah dapat memperbaiki agregat tanah, meningkatkan kemampuan tanah dalam memegang hara dengan cara meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK). Contoh bahan pembenah tanah yang dapat digunakan dari lingkungan sekitar yaitu Tandan kosong kelapa sawit, pupuk kotoran hewan, pupuk hijau, pupuk hayati, sisa tanaman atau jerami yang dapat meningkatkan unsur hara pada media tanam pembibitan kelapa sawit.</p>2024-10-30T10:13:48+00:00Copyright (c) 2024 WARTA Pusat Penelitian Kelapa Sawit