WARTA Pusat Penelitian Kelapa Sawit
https://warta.iopri.org/index.php/Warta
<p><strong>WARTA Pusat Penelitian Kelapa Sawit</strong></p> <p>Merupakan media publikasi ilmiah bagi para pakar, peneliti, praktisi, dan seluruh elemen yang terlibat dalam industri kelapa sawit Indonesia. WARTA Pusat Penelitian Kelapa Sawit ini berisi informasi hasil penelitian, kajian, maupun pengalaman di lapangan mengenai industri kelapa sawit. Berbagi informasi untuk pengembangan industri kelapa sawit di Indonesia akan mempercepat peningkatkan daya saing kelapa sawit Indonesia di dunia Internasional. Saran perbaikan ide-ide pembaruan untuk perbaikan WARTA ini sangat kami harapkan. Partisipasi aktif dari para pakar, peneliti, dan praktisi industri kelapa sawit di Indonesia sangat kami harapkan untuk lebih menghidupkan media publikasi ilmiah ini.</p> <p><strong>Warta Pusat Penelitian Kelapa Sawit Terindeks Pada :</strong></p> <p><a href="https://scholar.google.co.id/citations?user=wSUTmiUAAAAJ&hl=id&authuser=5" target="_blank" rel="noopener"><img src="/public/site/images/admin/01-googlescholar11.png"></a></p>Pusat Penelitian Kelapa Sawiten-USWARTA Pusat Penelitian Kelapa Sawit0853-2141KUMBANG MONCONG PENGGEREK TANDAN BUAH KELAPA SAWIT: IDENTIFIKASI, GEJALA SERANGAN DAN FAKTOR PREDISPOSISI
https://warta.iopri.org/index.php/Warta/article/view/207
<p>Ledakan hama penggerek tandan buah kelapa sawit seluas lebih dari 6.000 ha telah terjadi pada tanaman awal menghasilkan di Kabupaten Dharmasraya, Sumatra Barat pada pertengahan tahun 2024. Hama penggerek tandan buah tersebut terindentifikasi sebagai <em>Rhabdocelus obscurus</em>. Gejala serangan <em>R. obscurus</em> ditandai dengan adanya kerusakan yang disebabkan oleh gerekan larva pada buah, spikelet dan tangkai tandan. Ini berbeda dengan gejala kerusakan akibat hama <em>Tirathaba mundella</em> yang hanya berupa kerusakan pada buah saja. Gerekan larva mengakibatkan kerusakan jaringan lebih parah jika disertai dengan infeksi sekunder oleh jamur <em>Marasmius palmivorus</em>. Tingkat serangan hama menjadi lebih besar pada daerah dengan ketinggian tempat > 400 mdpl, curah hujan dan kelembapan lebih tinggi, serta kultur teknis terutama kastrasi, pengendalian gulma, dan sanitasi buah busuk tidak berjalan dengan baik. Tindakan pengendalian dapat dilakukan secara reaktif dengan melakukan sanitasi buah terserang berat diikuti dengan aplikasi insektisida. Tindakan pengendalian secara proaktif untuk mencegah ledakan hama dapat dilakukan dengan penerapan kultur teknis yang baik terutama pengendalian gulma, penunasan sesuai standar, dan implementasi kastrasi secara rutin setiap bulan guna mengurangi kelembapan yang menjadi faktor predisposisi utama hama.</p>Agus Eko PrasetyoMahardika Gama Pradana
Copyright (c) 2025 WARTA Pusat Penelitian Kelapa Sawit
2025-09-102025-09-10302829710.22302/iopri.war.warta.v30i2.207MONITORING INFEKSI AKAR DAN JUMLAH SPORA MIKORIZA PADA BIBIT DAN TANAMAN KELAPA SAWIT MENGHASILKAN (TM) DI SUMATERA UTARA
https://warta.iopri.org/index.php/Warta/article/view/193
<p>Mikoriza merupakan pupuk hayati yang bermanfaat bagi tanaman kelapa sawit. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui infeksi akar dan jumlah spora mikoriza sebelum dan setelah aplikasi mikoriza pada bibit dan tanaman kelapa sawit menghasilkan. Terdapat 2 perlakuan di pembibitan yaitu; kontrol tanpa mikoriza dan mikoriza dosis 20 g/<em>polybag</em> di <em>pre nusery</em> + 30 g/<em>polybag</em> di <em>main nursery</em> dan di tanaman menghasilkan (TM 1) yaitu; kontrol tanpa mikoriza dan mikoriza dosis 200 g/pokok. Monitoring infeksi akar dan jumlah spora mikoriza dilakukan sebelum aplikasi dan 12 bulan setelah aplikasi mikoriza. Infeksi akar pada bibit kelapa sawit pada perlakuan mikoriza adalah 100% dan pada perlakuan tanpa mikoriza adalah 6,66%. Infeksi akar pada tanaman kelapa sawit menghasilkan (TM 1) sebelum aplikasi mikoriza adalah 6,66%, kemudian 12 bulan setelah aplikasi mikoriza menjadi 63% dan pada perlakuan tanpa mikoriza 2%. Jumlah spora pada tanah di pembibitan sebelum aplikasi mikoriza adalah 25 spora/10 g, jumlah spora tersebut meningkat setelah 12 bulan aplikasi mikoriza yaitu menjadi 436 spora/10 g pada perlakuan mikoriza dan 53 spora/10 g pada perlakuan tanpa mikoriza. Jumlah spora pada (TM 1) sebelum aplikasi mikoriza adalah 52 spora/10 g, jumlah spora tersebut juga meningkat setelah 12 bulan aplikasi mikoriza menjadi 364 spora/10 g pada perlakuan mikoriza dan 129 spora/10 g pada perlakuan tanpa mikoriza</p>Fatimah Nur IstiqomahPraditya Rizqi NovantoSahru Ananda Ramadhan
Copyright (c) 2025 WARTA Pusat Penelitian Kelapa Sawit
2025-09-102025-09-103029810710.22302/iopri.war.warta.v30i2.193DAPATKAH POHON KELAPA SAWIT PULIH PASCA PENGAMBILAN SUMBER EKSPLAN?
https://warta.iopri.org/index.php/Warta/article/view/189
<p>Perbanyakan kelapa sawit melalui kultur jaringan memerlukan pohon ortet unggul sebagai sumber eksplannya. Penggunaan sumber eksplan berupa daun muda lebih diminati karena jumlahnya melimpah, tersusun atas jaringan yang meristematik, serta kondisinya lebih steril. Namun pemotongan sumber eksplan di dekat daerah meristem juga memiliki risiko seperti serangan hama dan penyakit akibat luka terbuka hingga potensi kematian tanaman. Pohon ortet yang dijadikan sampel terdiri dari tiga kategori umur yakni 5, 10, dan 18 tahun. Pengamatan pohon ortet pasca pengambilan sumber eksplan bertujuan untuk mengetahui proses pemulihan sejak adanya pelukaan hingga tumbuh menjadi tanaman yang normal kembali serta berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk proses pemulihan tersebut. Proses pemulihan tajuk diawali dengan pembentukan pelepah-pelepah abnormal terlebih dahulu yang berjumlah 9-11 pelepah, kemudian berangsur pulih seiring waktu untuk membentuk pelepah normal. Proses pemulihan pada tanaman muda relatif lebih cepat dibandingkan dengan tanaman tua. Pada tanaman berusia 5 tahun tanaman sudah terlihat normal setelah 9 bulan, sedangkan pada tanaman berusia 10 tahun proses pemulihan memerlukan waktu 14 bulan. Proses pemulihan umumnya memerlukan waktu setidaknya dua tahun, sehingga <em>resampling</em> dari pohon ortet yang sama sebaiknya dilakukan di tahun ketiga setelah pengambilan sebelumnya. Proses pemulihan tajuk memerlukan waktu yang relatif lama karena dipengaruhi beberapa faktor seperti aktivitas <em>single shoot apical meristem</em> (SAM) untuk produksi primordia daun, serta ketersediaan karbon yang meliputi penyerapan dan translokasi untuk pertumbuhan tanaman.</p>Dian Rahma PratiwiSri WeningErnayunita ErnayunitaErwin Nazri`
Copyright (c) 2025 WARTA Pusat Penelitian Kelapa Sawit
2025-09-102025-09-1030210812110.22302/iopri.war.warta.v30i2.189BIODELIGNIFIKASI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DAN APLIKASINYA SEBAGAI PUPUK ORGANIK
https://warta.iopri.org/index.php/Warta/article/view/214
<p>Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan limbah biomassa yang jumlahnya melimpah namun belum dimanfaatkan secara optimal. TKKS berpotensi dimanfaatkan kembali melalui proses pengomposan menjadi pupuk organik. Akan tetapi, kandungan lignin yang tinggi dalam TKKS menyebabkan proses pengomposan berlangsung lama, sehingga diperlukan upaya untuk menurunkan kadar lignin melalui proses biodelignifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses biodelignifikasi TKKS melalui pemanfaatannya sebagai media pertumbuhan jamur tiram putih (<em>Pleurotus ostreatus</em>) dan mengevaluasi efektivitas sisa baglog hasil budidaya tersebut sebagai pupuk organik. TKKS diformulasikan dalam berbagai komposisi dan digunakan sebagai bahan baglog jamur. Sisa baglog yang telah terdekomposisi selanjutnya diuji kandungan lignin, selulosa, hemiselulosa, dan rasio C/N, kemudian diaplikasikan ke tanaman cabai dan terong. Hasil menunjukkan adanya penurunan kadar lignin dan C/N rasio yang mengindikasikan terjadinya proses biodelignifikasi dan pengomposan. Aplikasi pupuk organik dari sisa baglog pada tanaman cabai dan terong menunjukkan pertumbuhan yang baik, terutama pada perlakuan dengan kandungan TKKS 75–100%. Hasil ini menunjukkan bahwa sisa baglog TKKS berpotensi besar sebagai pupuk organik yang efektif dan ramah lingkungan.</p>Firda DimawarnitaSilva LatisyaUrip PerwitasariYora Faramitha
Copyright (c) 2025 WARTA Pusat Penelitian Kelapa Sawit
2025-09-102025-09-1030212213110.22302/iopri.war.warta.v30i2.214OTOMATISASI PEMBUATAN ALBUM PETA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT SKALA LUAS: PENERAPAN DATA DRIVEN PAGE DAN PYTHON DI ARCMAP
https://warta.iopri.org/index.php/Warta/article/view/222
<p>Proses <em>layouting</em> blok perkebunan kelapa sawit yang berjumlah puluhan hingga ratusan blok akan membutuhkan waktu yang lama jika dilakukan secara manual. Sistem blok kebun merupakan satuan terkecil dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit, sehingga skala spasial yang luas dan resolusi yang tinggi sangat penting dalam memberikan informasi kondisi blok untuk mendukung pemanfaatan lahan secara optimal. Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan otomasi pembuatan layout peta blok perkebunan kelapa sawit menggunakan Data <em>Driven Pages</em> (DDP) dan <em>Python</em> (<em>ArcPy</em>) di perangkat GIS <em>Arcmap</em>. Hasil pembuatan layout peta blok dengan metode manual membutuhkan total waktu 9 jam 29 menit, sedangkan metode otomatis hanya memerlukan 32 menit 28 detik. Pendekatan otomatisasi dapat meminimalkan potensi kesalahan manusia dan sangat mendukung kebutuhan pemetaan skala besar.</p>Muhammad Malik Helmy DaulayDesra SahputraMuslim NugrahaIput Pradiko
Copyright (c) 2025 WARTA Pusat Penelitian Kelapa Sawit
2025-09-102025-09-1030213213910.22302/iopri.war.warta.v30i2.222PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MEDIUM-CHAIN TRIGLYCERIDE DAN PELUANGNYA UNTUK MENINGKATKAN NILAI EKONOMI KELAPA SAWIT INDONESIA
https://warta.iopri.org/index.php/Warta/article/view/234
<p><em>Medium-chain Triglycerides</em> (MCT) merupakan senyawa lemak fungsional yang semakin mendapat perhatian dalam industri pangan dan kesehatan global karena karakteristik metabolik dan fisiologisnya yang unggul. Dibandingkan trigliserida rantai panjang (LCT), MCT lebih cepat diserap dan digunakan tubuh sebagai sumber energi, sehingga diaplikasikan luas dalam diet ketogenik, nutrisi klinis, serta suplemen olahraga. Hingga saat ini, minyak kelapa menjadi sumber utama bahan baku MCT karena kandungan asam lemak rantai sedang (MCFA) yang tinggi, namun keterbatasan suplai dan harga yang tinggi membatasi skalabilitasnya secara global. Kajian ini mengulas potensi minyak inti sawit (PKO) sebagai bahan baku alternatif untuk produksi MCT berbasis kelapa sawit. Selain ketersediaannya yang tinggi di Indonesia (>5 juta ton/tahun), PKO memiliki kandungan MCFA signifikan, terutama asam laurat (C12), serta harga yang lebih kompetitif dibanding minyak kelapa. Dari sisi teknologi, berbagai pendekatan sintesis MCT telah dikembangkan, mulai dari reaksi kimiawi, enzimatik, hingga rekayasa molekuler berbasis mikroorganisme dan mikroalga. Beberapa penelitian juga menunjukkan potensi ekonomi sirkuler dengan memanfaatkan distilat PKO sebagai bahan baku bernilai tambah tinggi. Indonesia memiliki peluang strategis untuk menjadi produsen utama MCT global karena rantai pasok sawit yang terintegrasi, skala produksi besar, dan dukungan kebijakan hilirisasi nasional. Pengembangan teknologi produksi MCT berbasis PKO tidak hanya mendukung daya saing industri sawit, tetapi juga membuka peluang komersialisasi produk turunan sawit bernilai tinggi di sektor kesehatan global.</p>Ludwinardo PutraIrma KresnawatyFauziatul Fitriyah
Copyright (c) 2025 WARTA Pusat Penelitian Kelapa Sawit
2025-09-102025-09-1030214014610.22302/iopri.war.warta.v30i2.234