MENGENAL FENOMENA FEMININ PADA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
Main Article Content
Abstract
Istilah kelapa sawit feminin mulai sering muncul di kalangan praktisi kelapa sawit. Istilah ini menjelaskan kondisi tanaman kelapa sawit yang lebih banyak memproduksi bunga betina dibandingkan bunga jantan dengan proporsi yang tidak seimbang pada kondisi lingkungan yang optimal. Fenomena ini diduga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan produktivitas tanaman belum mampu mendekati potensi produksi varietas yang telah dirilis. Perbandingan antara jumlah bunga betina dengan seluruh bunga yang diproduksi (sex ratio) sangat penting untuk dipelajari terkait ketersediaan polen yang dibutuhkan untuk menyerbuki tandan bunga betina. Lingkungan dan genetik merupakan faktor yang dapat mempengaruhi sex ratio pada kelapa sawit, dan pembentukan fruit set kelapa sawit. Sex ratio pada enam varietas PPKS umur 8 tahun bervariasi mulai dari 53,2%-73,0%. Hal ini mengindikasikan bahwa polen yang dibutuhkan untuk menyerbuki tandan bunga betina tercukupi, sehingga dapat dikatakan bahwa fenomena feminin tidak ditemukan pada varietas PPKS yang diamati.